Selamat petang Sumba

Matari mulai menyembunyikan wajahnya di balik bukit padang sabana, menyisakan semburat kekuningan silau pucuk atap rumah menara. Kuningnya menambah pukau atap alang saat aku melewatinya dengan sepedaku. Aku tersenyum pada tiga anak kecil tanpa alas kaki yang menyapa ku dengan “dahhh”, juga masih kutahan senyumku untuk mama-mama yang menyusui bayinya di bale-bale rumah menara. HariLanjutkan membaca “Selamat petang Sumba”